Rabu, 18 Juni 2014

love story

Pagi di sudut kamar yang terdapat banyak retakan di tembok besar akibat banyak terjadi gempa kecil dia menangis tanpa henti, mengusap air matanya dengan tangan mungil yang tak lagi kering, menunggu ibunya yang sibuk dengan kerjaannya di halaman rumah. Tangisnya bertambah kencang karna nafsanya pun sudah tak stabil sungguh lama sangat lama ia menunggu hingga air matanyapun tak lagi mengalir jari yang basah mengering sudah tak sanggup lagi ia menangis, selang beberapa jam ibunya datang dengan wajah yang hangat matanya memandang layu, kini ia tak tau lagi apa yang harus di perbuat menangis tanpa alasan tak menyentuh satu makananpun ia menyeka air mata yang sudah mengering itu dengan tangannya yang kurus bagaikan hanya tulang urat uratnya yang terlihat biru menonjol keluar membuat wajah mungil itu sangat terasa lembut. Riya memejamkan matanya sejenak dan membukanya perlahan kertas yang bertuliskan sekolah  baru itu membuatnya kembali tersenyum. Dan kini di pagi senin riya yang bisa di panggil yaya itu berdiri tepat di pintu gerbang sekolah barunya bersama sahabat barunya yang terlihat lebih mungil darinya menuntun ke arah kelas barunya yaya tersenyum kecil menaikkan alisnya sembari memandang keseluruh ruangan tepat jam 6 tapi mereka hanya berdua saja. Kemudian terdengar suara terengah engah di ujung pintu berlari sambil membawa tas jinjingnya dan tiba tiba berhenti sejenak  Kemudian kembali berlari menuju lapangan. Yaya bergunam heran tapi tak penasaran dan datanglang teman baru yang sangat simpatik dia mengajaknya keliling sekolah menjelaskan dimana ia tinggal, ia sangat senang teman barunya begitu baik padanya dia tinggal di sekitar pesisir pantai yang lumayan jauh dari sekolah. Bel berbunyi hari itu hari senin upacara sekolah akan segera di mulai, ia merasa seluruh sekolah memperhatikannya mungkin dia orang yang sangat asing bagi mereka hari pertama memasuki kelas semua teman memperhatikanya begitu gugup dan salah tinggkah guru cantik itu menyuruhnya untuk memperkenalkan diri guru itu tampak sebahu lebih kecil memiliki tubuh yang imut untuk ukuran ibu ibu. Sehari sebelum memasuki sekolah yaya diperkenalkan dengan teman yang rumahnya tepat di depan yaya tinggal. Sungguh lucu ketika bertemu hanya tatapan mata kosong tanpa pembicaraan temanya kembali pulang sambil mengatakan akan ada kelas mengaji ba'da magrib nanti. Yaya hanya mengangguk dan mengatakan Iingin ikut serta suara yang keras itu memanggil yaya di kegelapan "yaya yaya ikut ngaji gak?" Yaya segera lari keluar untuk menemuinya di depan gerbang yaya bertemu dengan laki laki yang berjalan menuju masjiddan menyapa yaya sambil terus melihat ke arah yaya. Kemudian kami menuju masjid untuk memunaikan shalat magrib yang kemudian di lanjutkan dengan belajar Al quran waktu itu yaya sangat senag karna bacaan mengajinya di puji oleh gurunya guru yaya bilang bacaan yang langka di antara temanya yang sangat monoton dan semua nada sama yaya tersenyum kecil pipinya memerah sejenak. Sepulang mengaji yaya di ajak berkenalan dengan dua pemuda salah satunya laki laki yang melewatinya saat ke masjid dua laki laki yang terlihat playboy kelas kakap ya yang namanya yaya keluaran pondok dimana disana tak satupun laki laki yang bisa di ajak untuk berteman yaya hanya tersenyum dan menyapa mereka tanpa basa basi toi dan mino dua laki laki itu menyodorkan hp ke arah yaya dan berkata " minta no donk?" Yaya hanya tersenyum kecil mengatakan "hehehe ndak hafal bang" kemudian yaya dan temanya bergegas pulang. Keesokan harinya yaya bersekolah seperti biasa lagi2 seragam putih biru yang harus yaya kenakan yaya hanya memiliki 2 seragam karna baju harus di pesan dan di ukur terlebih dahulu di kelas yaya hanya bengong dan gak tau harus berbuat apa temanya menggunakan bahasa daerah yang tak yaya mengerti. Kelas telah usai teman teman menghampiri yaya ngobrol sana sini tak tau arah pembicaraan yaya hanya terdiam terkadang tersenyum, tertawa mendengar dan melihat tingkah temanya yang menyenangkan itu, tapi di sela obrolan yaya terkadang terigat teman yang kini ia tinggalkan teman baik sangat baik kemana mana yaya denganya belajar, makan, jajan bahkan sampai rutintas mengintip orang pacaran di depan gerbang mereka lakukan bersama. Obrolan telah usai dan yaya harus kembali pulang, untuk hari esok yaya harus bergegas mencuci baju putih birunya itu untuk di pakai Keesokan hari, beberapa menit yaya mencuci bajunya dan segera menjemurnya yaya mencuci seragamnya di tempat cuci yang terletak di belakang rumah di sekitar rumah di beri pagar pagar bambu menjulang ke atas tiba tiba terdengar suara "yaya yaya yaya yaya" dan terdengar suara daun daun kering yang terinjak. Yaya sedikit kaget mendengar suara tersebut, mungkin di sela sela bambu itu bisa terlihat namun yaya hanya meneruskan pekerjaanya dengan sedikit senyum di wajahnya yaya tak berani menjawab suara tersebut. Yaya hanya berfikir mungkin dia anak kelas ? Memang tak asing suaranya tapi yaya sedikit mengingat ingat lagi dan hasilnya nihil karna tak seorang laki2 yang ia kenal seusai mencuci yaya bergegas mandi dan menjalani rutinitasnya shalat di masjid dan di teruskan mengaji. Hari itu hari minggu tapi mengaji tetap tak ada libur karna berurusan dengan akhirat tak kan ada liburnya. Malam itu yaya di ajak temanya yang namanya ririn ke tempat dimana ia bertemu toi dan mino, tapi saat itu yaya hanya bertemu dengan mino duduk di atas kursi yang terbuat dari bambu dan di kelilingi anak anak kecil. Mino melambai ke arah yaya "yaya sini !" Sabil menepuk kursi menandakan dia sedang menawarkan. Yaya tersenyum kecil dan duduk di sampingnya berjarak sekitar 10cm. Suasana malam itu menyenangkan melihat anak anak saling berkejaran menangkap satu sama lain tertawa saling menunjuk siapa yang akan di tangkap, terdengar suara dehaman samar di samping yaya "ehemm yaya?" Sambil mengarahkam matanya ke wajah yaya "iya ..." ada yang marah gak kalo aku duduk di sampingmu ?" Mino menunjuk ke arah yaya yaya hanya terheran gombalan macam apa ya itu .. kemudian yaya mengarahkan matanya ke wajah mino. "Berdua bagaimana ? Kita kan ramai2 ini" yaya tersenyum simpul terasa geli mendengarnya kemudian mino mengatakanya lebih detail "emm maksudnya kalau kita duduk berduaan ada yang marah gak? Pacar mungkin? " tanyanya penasaran. Yaya hanya mengangguk dan menggeleng sedikit membuat bingung mino "Kalau kita hanya berduaan dan menimbulkan sesuatu yang buruk pasti Allah marah :-) dan pacar hemm aku belum pernah terfikir apa itu " yaya tertawa pelan dan bunyi hp memutuskan pembicaraan mereka.