Pagi di sudut kamar yang terdapat banyak
retakan di tembok besar akibat banyak terjadi gempa kecil dia menangis tanpa henti,
mengusap air matanya dengan tangan mungil yang tak lagi kering, menunggu ibunya
yang sibuk dengan kerjaannya di halaman rumah. Tangisnya bertambah kencang
karna nafsanya pun sudah tak stabil sungguh lama sangat lama ia menunggu hingga
air matanyapun tak lagi mengalir jari yang basah mengering sudah tak sanggup
lagi ia menangis, selang beberapa jam ibunya datang dengan wajah yang hangat
matanya memandang layu, kini ia tak tau lagi apa yang harus di perbuat menangis
tanpa alasan tak menyentuh satu makananpun ia menyeka air mata yang sudah
mengering itu dengan tangannya yang kurus bagaikan hanya tulang urat uratnya
yang terlihat biru menonjol keluar membuat wajah mungil itu sangat terasa
lembut. Riya memejamkan matanya sejenak dan membukanya perlahan kertas yang
bertuliskan sekolah baru itu membuatnya
kembali tersenyum. Dan kini di pagi senin riya yang bisa di panggil yaya itu
berdiri tepat di pintu gerbang sekolah barunya bersama sahabat barunya yang
terlihat lebih mungil darinya menuntun ke arah kelas barunya yaya tersenyum
kecil menaikkan alisnya sembari memandang keseluruh ruangan tepat jam 6 tapi
mereka hanya berdua saja. Kemudian terdengar suara terengah engah di ujung
pintu berlari sambil membawa tas jinjingnya dan tiba tiba berhenti sejenak Kemudian kembali berlari menuju lapangan.
Yaya bergunam heran tapi tak penasaran dan datanglang teman baru yang sangat
simpatik dia mengajaknya keliling sekolah menjelaskan dimana ia tinggal, ia
sangat senang teman barunya begitu baik padanya dia tinggal di sekitar pesisir
pantai yang lumayan jauh dari sekolah. Bel berbunyi hari itu hari senin upacara
sekolah akan segera di mulai, ia merasa seluruh sekolah memperhatikannya
mungkin dia orang yang sangat asing bagi mereka hari pertama memasuki kelas
semua teman memperhatikanya begitu gugup dan salah tinggkah guru cantik itu
menyuruhnya untuk memperkenalkan diri guru itu tampak sebahu lebih kecil
memiliki tubuh yang imut untuk ukuran ibu ibu. Sehari sebelum memasuki sekolah
yaya diperkenalkan dengan teman yang rumahnya tepat di depan yaya tinggal.
Sungguh lucu ketika bertemu hanya tatapan mata kosong tanpa pembicaraan temanya
kembali pulang sambil mengatakan akan ada kelas mengaji ba'da magrib nanti.
Yaya hanya mengangguk dan mengatakan Iingin ikut serta suara yang keras itu
memanggil yaya di kegelapan "yaya yaya ikut ngaji gak?" Yaya segera
lari keluar untuk menemuinya di depan gerbang yaya bertemu dengan laki laki
yang berjalan menuju masjiddan menyapa yaya sambil terus melihat ke arah yaya.
Kemudian kami menuju masjid untuk memunaikan shalat magrib yang kemudian di
lanjutkan dengan belajar Al quran waktu itu yaya sangat senag karna bacaan
mengajinya di puji oleh gurunya guru yaya bilang bacaan yang langka di antara
temanya yang sangat monoton dan semua nada sama yaya tersenyum kecil pipinya
memerah sejenak. Sepulang mengaji yaya di ajak berkenalan dengan dua pemuda
salah satunya laki laki yang melewatinya saat ke masjid dua laki laki yang
terlihat playboy kelas kakap ya yang namanya yaya keluaran pondok dimana disana
tak satupun laki laki yang bisa di ajak untuk berteman yaya hanya tersenyum dan
menyapa mereka tanpa basa basi toi dan mino dua laki laki itu menyodorkan hp ke
arah yaya dan berkata " minta no donk?" Yaya hanya tersenyum kecil
mengatakan "hehehe ndak hafal bang" kemudian yaya dan temanya
bergegas pulang. Keesokan harinya yaya bersekolah seperti biasa lagi2 seragam
putih biru yang harus yaya kenakan yaya hanya memiliki 2 seragam karna baju
harus di pesan dan di ukur terlebih dahulu di kelas yaya hanya bengong dan gak
tau harus berbuat apa temanya menggunakan bahasa daerah yang tak yaya mengerti.
Kelas telah usai teman teman menghampiri yaya ngobrol sana sini tak tau arah
pembicaraan yaya hanya terdiam terkadang tersenyum, tertawa mendengar dan
melihat tingkah temanya yang menyenangkan itu, tapi di sela obrolan yaya
terkadang terigat teman yang kini ia tinggalkan teman baik sangat baik kemana
mana yaya denganya belajar, makan, jajan bahkan sampai rutintas mengintip orang
pacaran di depan gerbang mereka lakukan bersama. Obrolan telah usai dan yaya
harus kembali pulang, untuk hari esok yaya harus bergegas mencuci baju putih
birunya itu untuk di pakai Keesokan hari, beberapa menit yaya mencuci bajunya
dan segera menjemurnya yaya mencuci seragamnya di tempat cuci yang terletak di
belakang rumah di sekitar rumah di beri pagar pagar bambu menjulang ke atas
tiba tiba terdengar suara "yaya yaya yaya yaya" dan terdengar suara
daun daun kering yang terinjak. Yaya sedikit kaget mendengar suara tersebut,
mungkin di sela sela bambu itu bisa terlihat namun yaya hanya meneruskan
pekerjaanya dengan sedikit senyum di wajahnya yaya tak berani menjawab suara
tersebut. Yaya hanya berfikir mungkin dia anak kelas ? Memang tak asing
suaranya tapi yaya sedikit mengingat ingat lagi dan hasilnya nihil karna tak
seorang laki2 yang ia kenal seusai mencuci yaya bergegas mandi dan menjalani
rutinitasnya shalat di masjid dan di teruskan mengaji. Hari itu hari minggu
tapi mengaji tetap tak ada libur karna berurusan dengan akhirat tak kan ada liburnya.
Malam itu yaya di ajak temanya yang namanya ririn ke tempat dimana ia bertemu
toi dan mino, tapi saat itu yaya hanya bertemu dengan mino duduk di atas kursi
yang terbuat dari bambu dan di kelilingi anak anak kecil. Mino melambai ke arah
yaya "yaya sini !" Sabil menepuk kursi menandakan dia sedang
menawarkan. Yaya tersenyum kecil dan duduk di sampingnya berjarak sekitar 10cm.
Suasana malam itu menyenangkan melihat anak anak saling berkejaran menangkap
satu sama lain tertawa saling menunjuk siapa yang akan di tangkap, terdengar
suara dehaman samar di samping yaya "ehemm yaya?" Sambil mengarahkam
matanya ke wajah yaya "iya ..." ada yang marah gak kalo aku duduk di
sampingmu ?" Mino menunjuk ke arah yaya yaya hanya terheran gombalan macam
apa ya itu .. kemudian yaya mengarahkan matanya ke wajah mino. "Berdua
bagaimana ? Kita kan ramai2 ini" yaya tersenyum simpul terasa geli
mendengarnya kemudian mino mengatakanya lebih detail "emm maksudnya kalau
kita duduk berduaan ada yang marah gak? Pacar mungkin? " tanyanya
penasaran. Yaya hanya mengangguk dan menggeleng sedikit membuat bingung mino
"Kalau kita hanya berduaan dan menimbulkan sesuatu yang buruk pasti Allah
marah :-) dan pacar hemm aku belum pernah terfikir apa itu " yaya tertawa
pelan dan bunyi hp memutuskan pembicaraan mereka.